Baca selengkapnya: Jenis-jenis Investasi di Pasar Modal
Akhirnya mulai deh investasi di reksadana dan sedikit-sedikit mencicil membeli saham. Aku yang sebelumnya memang suka
Pengalaman pertama membeli saham
Kayaknya nggak penting banget ya cerita pengalaman pertama membeli saham? Tetapi, buat yang masih ragu bermain saham dan menganggap bermain saham itu sama dengan berjudi, nih aku kasih tahu ya, sebelum bermain saham itu, kita harus membekali diri dulu dengan ilmunya. Kalau sudah tahu ilmunya, masak iya masih sama kayak judi?
Kok bisa sih dapet untung dari saham? Kan menzolimi yang saat itu rugi kerena menjual saham lebih murah daripada harga beli?
Eh, kata siapa kayak begitu? Sebagai trader memang kita nggak selalu untung. Ada kalanya kita harus cutloss alias jual rugi, dengan tujuan agar modal tidak terus turun nilainya. Tetapi saat ada investor yang berani bayar saham kita lebih tinggi? Saat perusahaan membagikan deviden? Dari situ nilai saham kita meningkat. See? Ada yang kita zalimi dari situ? Nggak kan?
Selengkapnya: Investasi di Pasar Modal itu Riba? (coming soon)
Yah, intinya sih yakini dulu saham perusahaan yang akan kita beli. Analisa kinerja perusahaan dengan analisa fundamental dan perhatikan waktu yang tepat saat membeli saham.
Selengkapnya: Investasi di Pasar Modal Seperti Merawat Tanaman
Jadi, pengalaman pertama membeli saham itu, deg-degan! Walau cuma order saham yang 1 lotnya cuma puluhan ribu saja, tetap deg-degan! Sempat pesimis kalau beli lot kecil begini apa iya diperhatikan? Tetapi Alhamdulillah sih ternyata sering juga order matched. Nah, biar bisa order matched maka kita harus memahami situasi pasar. Kalau kolom pembelian (bid) sudah tebal lotnya, sedangkan kolom offer masih tipis lotnya, ya jangan kecewa kalau antrian kita nggak dicolek.
Pengalaman pertama menjual saham
Sensasi pertama menjual saham itu sama seperti saat membeli saham. Deg-degan. Ada perasaan takut saham yang kujual nggak laku karena harga keburu turun. Pernah juga keblinger pengen jual yang akhirnya malah pesanan ketriggered, nggak jadi terjual, tetapi sebenarnya saat itu memang masih pengen keep saham tersebut. Padahal ternyata, kalau seperti itu, nggak apa-apa sahamnya dijual saja, istilahnya mengamankan cuan. Nanti kalau harganya turun lagi, baru beli lagi. Tapi saat itu kan masih spot jantung bo. Masih keringat dingin lihat bursa yang harga sahamnya bersliweran di atas macam pasar malam, haha!
'Meriah'nya Pasar Modal di aplikasi Tradepro dari Danareksa (foto dari dmia.danareksaonline) |
Pengalaman Cuan dan Cutloss Pertama
Sebenarnya ini pengalaman 12 Agustus lalu, tetapi baru ditulis sekarang, hehe..
Habis membaca bukunya Ellen May, aku jadi tersadar kalau selain menetapkan target keuntungan, kita harus fokus menentukan target kerugian. Nggak usah takut rugi, karena kerugian itu bisa ditutup dari cuan/untung di saham lain. Kemarin itu aku cutloss saham ANTM yang sudah meringsek loss sampai 5%. Kata temanku 5% itu sudah terlalu banyak, harusnya ketika 3% harus segera di cut loss, tapi dasar kemaren itu masih cemen, takut rugi, berlarutlah rugi itu sampai 5%. Saking nggak mau rugi, saham ANTM itu tetap aku jual dengan cutloss 5%, tetapi aku juga jual saham MPPA yang sudah gained dan lagi tren naik. Untung modal masih cukup, langsung beli lagi saham MPPA. Kalau istilah temen-temen di grup WA Danareksa, ini namanya 'nyopet', karena aku jual di harga 1910 dan beli lagi di 1905. Besoknya saham MPPA naik lagi sampai sempat menyentuh 2080. Sayangnya aku berhasil jual saat harga turun menjadi 2000, sebabnya karena aku nggak pasang stop loss dari awal, jadi ketika harga menyentuh target harga kita, katakanlah 2060, tetapi sebelum antrian di 2060 habis, harga keburu turun ke 2050, ya sudah, nggak jadi laku deh sahamnya.
Karena pengalaman loss-lossan ini, aku jadi harus bisa disiplin pasang stop loss tepat ketika membeli saham.
Kereeennn ni emak trading!
BalasHapusmasih ndredeg Mak, haha
HapusYang penting,.. disaat beli melihat grafik.. dan sudah dipastikan diangka berapa harus dijual.
BalasHapus